Undang-undang ITE Akhirnya Diperbaiki, Pembaruan Ini Dikemas kini Hingga Kini

Undang-undang ITE yang disemak semulaImej dari Kompas.com

Undang-undang ITE atau Akta Maklumat dan Transaksi Elektronik akhirnya akan disemak secara rasmi. Ini sendiri disebabkan oleh semua faksi di Komisi I DPR telah menyatakan persetujuan mereka untuk membincangkan revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008. Dari perjanjian ini, DPR akan membentuk Jawatankuasa Kerja untuk membincangkan secara terperinci isi kandungan semakan tersebut.

Menurut Timbalan Ketua Suruhanjaya DPR I Meutya Hafid, Jawatankuasa Kerja Suruhanjaya DPR I yang keanggotaannya terdiri daripada wakil semua puak di Suruhanjaya DPR yang kemudian saya akan berusaha untuk merumuskan semakan undang-undang ini. Lalu, apakah manifestasi dan pengembangan UU ITE yang disemak hingga hari ini? Berikutan kajian semula.

Tiga Agenda Yang Perlu Dibahas Oleh DPR Mengenai Semakan Undang-Undang ITE

Walaupun telah disetujui oleh DPR, perbincangan mengenai Undang-Undang yang diketahui mempunyai artikel getah itu tampaknya belum terungkap. Menurut Pengarah Eksekutif One World Foundation, Firdaus Cahyadi menyatakan bahawa perbincangan mengenai semakan UU ITE memang harus dilanjutkan antara DPR dan Kementerian Komunikasi dan Maklumat. Menurutnya, dalam revisi UU ITE ini harus ada tiga agenda penting yang harus dibincangkan. Tiga agenda pertama berkaitan dengan artikel mengenai fitnah yang sangat mengecewakan dan membawa banyak mangsa.

Agenda penting kedua yang mesti dibincangkan oleh Parlimen dalam semakan UU ITE adalah isu yang berkaitan dengan menyekat #website. Selama ini penyekat laman web oleh kerajaan sememangnya banyak yang menganggap mekanisme itu tidak jelas. Selain itu, kuasa untuk menyekat juga tidak jelas.

Artikel lain:  Pelabur Asing mungkin melabur 100% dalam e-dagang tempatan, berikut ini adalah minus

Kesannya, sekatan oleh pemerintah dianggap terlalu sombong dan sewenang-wenangnya. Agenda ketiga yang harus segera dibahas dalam revisi UU ITE menurut Firdaus adalah penegasan perlindungan data pribadi melalui Undang-Undang. Dalam Undang-undang ITE sendiri, perlindungan data pribadi masih belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. Oleh itu, dalam langkah awal mewujudkannya, peraturan di bawah Undang-Undang adalah mungkin.

Menteri Komunikasi dan Informasi Mengusulkan Tujuh Titik Penyemakan UU ITE

Sementara pada pihak yang paling berminat yaitu Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kementerian Komunikasi dan Informasi) melalui menterinya, Rudiantara, mengusulkan tujuh poin dalam revisi UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Walaupun ia juga akan terlibat dalam penyemakan ini, Kementerian Komunikasi dan Penerangan masih akan mencadangkan beberapa perkara untuk dibahas dan disemak semula.

Beberapa poin yang diusulkan dan akan disampaikan dalam revisi UU ITE oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi itu sendiri meliputi:

  1. Yang pertama adalah penekanan pada pasal 27 UU ITE mengenai fitnah. Dalam hal ini Rudiantara akan berusaha menghapus prosedur pemintas melalui peraturan pemerintah karena Keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa hal itu harus diatur dalam Undang-Undang. Rudiantara lebih jauh menjelaskan bahwa dalam Pasal 31 ayat 4 UU ITE itu sendiri, telah menyatakan bahwa prosedur pemintas akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, tetapi Keputusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa itu harus diatur melalui UU.
  2. Titik kedua yang akan dibahas oleh Menteri Komunikasi dan Informasi adalah Pasal 45 ayat 1 UU ITE yang terkait dengan hukuman pidana atas fitnah yang diatur. Menurut lelaki yang biasa disebut ketua RA, hukuman untuk kes ini akan berusaha dikurangkan dari maksimum enam tahun penjara atau denda maksimum Rp1 miliar, diubah menjadi empat tahun penjara atau denda Rp700 juta.
  3. Titik ketiga itu sendiri adalah pengukuran fitnah yang terkandung dalam penjelasan dalam Pasal 27 UU ITE harus merujuk pada artikel 310 dan 311 KUHP.
  4. Perkara keempat adalah cadangan untuk menentukan kesalahan fitnah melalui ITE melalui kesalahan aduan yang menjadikan wujudnya kes yang hanya dapat diadukan oleh mangsa yang bersangkutan.
  5. Titik kelima adalah perubahan terhadap peruntukan pencarian sesuai dengan kod prosedur jenayah.
  6. Titik keenam dalam proposal MoCI adalah untuk mengubah ketentuan penangkapan dan penahanan sesuai dengan hukum prosedur pidana.
  7. Akhirnya, Rudiantara menyatakan bahawa dia akan mengusulkan wewenang tambahan penyiasat Penjawat Awam agar dapat meminta pihak penyelenggara kandungan elektronik agar hak masyarakat dapat dilindungi dengan baik.

Baca juga:  Pekeliling Ucapan Kebencian Polemik, Bukannya Berdebat Lebih Memahami!

Artikel Berkaitan